Suku etnis Simalungun tentu sudah tidak asing lagi apabila mendengar nama Pdt. Jaulung Wismar Saragih atau biasa disingkat Pdt. J. Wismar Saragih.
Dalam buku yang diterbitkan kembali ini berjudul “In Memoriam Pdt. J. Wismar Saragih” terlukis perjuangan bapak Wismar dari mulai kecil hingga akhirnya hidupnya, semua hampir didedikasikan untuk Tuhan dan kemajuan orang – orang Simalungun. Sekarang kita bisa beribadah di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) adalah karena perjuangan beliau tak akan kita pungkiri lagi hal itu. Selain itu ada pula karya-karya dan buah pikirannya untuk Simalungun seperti Museum Perhutaan ni Harajaon Purba di Pematang Purba, hingga kini disana terdapat bangunan budaya dan ornamen etnis Simalungun seperti Rumah Bolon, Balei Bolon, Pattangan Raja, Pattangan Panak Boru, Jambur, Jabuni Paruma dan Lossung Bolon, begitu juga Tapian Raja, Tapian Nassipuang dan Tapian Panakboru dan Museum Simalungun di Pematang Siantar (1937). Disebutkan lagi supaya orang Simalungun pintar maka dibangunlah rumah sekolah yang saat ini kita kenal Universitas Simalungun (USI), kalau baca bukunya masih banyak lagi kisah perjuangan sang pendeta yang patut kita tiru dan contoh.
Dalam buku ini juga penulis sempat bertanya kepada bapak Wismar “mana lebih baik berharga Kristen atau Simalungun? Maka ia menjawab “pertanyaanmu itu sungguh tidak bisa dijawab secara konkrit, tetapi secara moral. Kedua – duanya sangat berharga bagi saya karena Simalungun sangat berharga bagi saya karena saya orang Simalungun dan Kristen sangat berharga bagi saya karena Kristen akan membawa saya kekal di surga.”
Berikut ini pesan/petuahnya bagi kita khususnya orang-orang Simalungun sekarang dan kemudian hari :
1. Hati dan pikiran
Kalau hati kita baik, baik jugalah pikiran kita karena kalau pikiran kita baik, baik jugalah yang keluar dari pikiran kita. Dalam segala pembicaraan pilihlah kata-kata yang baik. Tapi ingat ditengah-tengah yang baikpun selalu masih ada yang baik (masik-masik ni dongkei gajah, tading sabulus nari) artinya biarpun daging gajah itu busuk masih ada yang baik. Kalau hati kita senang, senang jugalah pikiran kita juga tubuh kita jadi tenang, ringan. Kail yang bengkok mendapat tapi sumpit yang lurus juga mendapat. Karena itu kita pilih yang lurus saja, pikiran baik, jauh lebih berharga dari wajah yang cakap.
2. Mengenai berbicara
Perumpamaan kita mengatakan “dilat lobei bibir lao marsahap” jilat lebih dahulu bibirmu baru berbicara. Artinya sebelum kita berbicara , harus lebih dahulu dipikirkan apa yang akan dikatakan. Karena segala ucapan kita harus dipertanggung-jawabkan dihadapan manusia dan dihadapan Tuhan. Karena itu bila kita berbicara, pilihlah kata-kata yang sopan dan hormat. Apa gunanya kita mengucapkan kata-kata kotor, porno, tidak sopan? Bukankah sama sulitnya mengatakan yang baik dan yang tidak baik? Semua orang senang dengan perkataaan yang baik. Karena itu katakanlah perkataan benar, jujur, enak didengar dan membawa damai. Jagalah supaya pikiran kita tetap benar, supaya ucapan kita juga benar.
3. Mengenai kepercayaan
Janganlah kita percaya kepada kekuatan apapun yang ada di dunia ini, karena segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaa Tuhan kita. Dari antara segala ciptaan, manusialah ciptaan yang paling tinggi dan mulia. Jadi segala ciptaan yang lain adalah lebih rendah daripada kita. Kita percaya bahwa satu saja Allah Tritunggal. Bila kita percaya kepada sesuatu di luar Allah, maka kemanusiaan kita sangat rendah dihadapan Allah. Oleh karena itu janganlah percaya pada takhayul, guna-guna dsb.
4. Perasan untuk saling mengasihi
Kasih yang benar (agape) ialah kasih Tuhan Yesus kepada manusia. Kasihlah moral yang paling tinggi. Orang yang melakukan kasi yang benar, tidak akan pernah menyesal. Kasih yang benar ialah kasih yang mau berkorban, mau mengalah, mau merendahkan diri dsb. Kasih itu dimulai di rumah, antara suami dan isteri dan sebaliknya, antara anak-anaknya. Bagaimana tinggi jabatan atau pangkat kita, semua harus dinilai; apakah kita mengasihi orang atau tidak? Sia-sialah pekerjaan yang baik, harta kekayaan yang banyak, bila kita kurang menjalankan kasih kepada orang lain. bagaimanakah kita mengasihi masyarakat kita?
5. Permohonan doa
Datanglah kehadapan Allah dan berbicaralah, karena doa itu dialog dengan Tuhan, kita hanya meminta, tapi janganlah kita meminta keperlua duniawi saja, mintalah yang perlu untuk kerohanian kita, mintalah juga iman, kita boleh meminta yang perlu untuk kehidupan sehari-hari tapi juga untuk kehidupan orang lain. sangat penting mendoakan orang lain dalam doa syafaatmu. Janganlah memohon melalui perantara seperti yang dilakukan orang kafir, melalui para dukun, mereka meminta kepada Tuhan melalui tabas-tabas atau mantera para dukun.
6. Mengenai cita-cita
Janganlah takut mempunyai cita-cita yang tinggi atau yang besar. Allah ingin kita mempunyai cita-cita yang tinggi, yaitu memperoleh hidup yang kekal. Itulah cita-cita orang kristen yang paling tinggi, dan yang paling besar. Bercita-citalah akan hal yang baik. Bila ada cita-citamu, tuliskanlah dan jangan lupa mendoakannya. Kalau cita-cita sudah tercapai, ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan.
7. Mengenai perjuangan
Kalau kita manusia berjuang hanya untuk harta dunia saja atau untuk kehidupan jasmani saja alangkah rendah perjuangan kita. Binatang-binatang pun dapat melakukannya. Tapi sebagai orang kristen harus berjuang meniru Tuhan Yesus Kristus dan salibnya, itulah simbol perjuangan kita. Lihatlah salib itu, kayu salib itu lebih panjang kayunya ke atas daripada ke samping. Lebih tinggi atau lebih panjang yang vertikal dari yang horizontal. Mari kita pikirkan lebih banyak mengenai hal yang di atas, daripada soal dunia. Yesus juga berkata dalam Lukas 9:23 kita harus memikul salib kita sendiri dan mengikut Dia. Akulah salibmu yang dengan sabar, tenang, senang, tidak berontak, tidak marah, tidak bersungut-sungut dan tetap tekun. Hal ini berlaku dalam pekerjaan kita sehari-hari.
8. Mengenai waktu
Hidup di dunia hanya sebentar saja atau hanya seperti bayang-bayang yang sebentar saja sudah berlalu. Waktu yang sudah lewat tidak akan kembali lagi. Hidup kita juga terbatas, karena itu marilah kita pakai waktu kita sebaik-baiknya, supaya hidup kita berguna. Ingatlah bahwa setiap jam harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Bangunlah waktu subuh, pagi-pagi burung sudah bangun dan bernyanyi memuji Tuhan. Burung-burung itu hanya membutuhkan keperluan perut saja, sedang kita manusia sungguh banyak yang kita butuhkan diluar keperluan makan. Hendaklah kita memakai waktu yang tepat msialnya dalam perkumpulan, kebaktian gereja dsbnya. Haruslah ada perasaan malu bila terlambat. Pakailah waktu yang tepat dalam segala pertemuan supaya orang lain percaya kepada kita. Penting memakai waktu yang tepa dalam berjanji dengan orang lain. Ingatlah, semakin maju suatu bangsa, semakin penting pemakaian waktu. Terlebih bagi orang kristen.
9. Mengenai pekerjaan, pangkat dan jabatan
Segala pekerjaan yang dipercayakan kepada kita semua baiklah kita kerjakan dengan sucakitca, dalam damai sejahtera. Bila kita melakukan pekerjaan kita dengan sukacita, pekerjaan itupun akan berhasil dengan baik. Pasti kita pernah malas bekerja, waktu kita malas itulah, kita perlu melawan diri kira sendiri untuk melakukannya dengan baik. Dan hasilnya akan baik pula. Segala tugas yang disampaikan kepada kita baiklah kita selesaikan dengan baik, jangan ada yan terbengkalai. Janganlah seperti pepatah Simalungun yang mengatakan ; songon tampua jantam pandei memukkah lang pandei marsidobi) seperti burung tampua yang pintar memulai membuat sarangnya, tapi tidak pandai menyelesaikan. Atau dikatakan; gara-gara runsi (seperti lalang yang terbakar, sebentar saja menyala tapi sebentar sudah padam). Ini diibaratkan seperti pada mulanya bersemangat bekerja, tapi sebentar saja sudah berhenti. Ingatlah dalam setiap pekerjaan selalu ada kesulitan, pada waktu kita menghadapi kesulitan disaat itulah kita perlu bersemangan mengerjakannya. Segala tenaga, pikiran dan usaha harus dipakai supaya kita keluar dari kesulitan yang kita hadapi, dan kita tidak akan gagal. Jangan pula seperti umpasa Simalungun yang mengatakan ; songon na manakkih palia gunung, mulak humbani guntulni, seperti memanjat peta cina ada buntuk (tidak rata) dia tidak dapat meneruskan dan dia kembali. Artinya seseorang yang tidak mampu mengatasi kesulitannya dan gagal. Hampir tidak ada pekerjaan yang selalu berjalan dengan mulus. Jadi waktu kita menghadapi kesulitan, pada saat itulah kita perlu meningkatkan semangat kerja kita. Buatlah perencanaan yang baik. Tentukanlah yang mana dapat dikerjakan waktu pagi yang mana siang, yang mana pula yang dapat dikerjakan waktu malam. Semuanya harus jelas, waktu malam harilah dibuat rencana pribadi, dan doakanlah rencanamu itu kepada Tuhan. Supaya Tuhan memberkati semua pekerjaanmu itu agar berguna dan berjalan dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan.
10. Mengenai belajar
Belajarlah selama hidup. Tidak ada istilah terlalu tua untuk belajar. Atau terlalu bodoh untuk mempelajari sesuatu. Kita harus mempunyai tujuan apakah yang perlu dipelajari. Biarpun kita tidak duduk lagi dibangku sekolah, kita harus terus belajar. Kita dapat belajar dari buku-buku yang ditulis orang-orang pintar, pengetahuan kita pasti bertambah membaca sangan menyenangkan hati dan pikiran. Pengetahuan kita bukan hanya ditentukan oleh ijazah yang kita peroleh waktu bersekolah, tapi pengetahuan kita ditentukan kesungguhan hati kita membaca buku-buku, dan bahan-bahan yang telah kita baca.
11. Kepada para pendeta
Pada pendetalah yang bertanggung-jawab atas kerohanian iman para anggota jemaat, yang diserahkan kepadanya untuk dilayani yang termasuk daerah pelayanannya. Karena itu dibutuhkan penggembalaan yang sebaik mungkin. Melalui penggembalaan secara pribadi dan keluarga yang berkesinambungan. Khotbah kita jangan menyinggung hati anggota jemaat, jangan khotbahkan tentang pikiran manusia atau tentang manusia, tapi rencana dan pikiran Tuhan, firman Tuhan yang perlu diberitakan. Penting beritakanlah tentang kasih Tuhan, berkat Tuhan dan pengampunan Tuhan tapi juga tentang hukum Tuhan. Janganlah takut kepada orang atau kutukannya, tapi takutlah akan Tuhan. Kalau iman orang yang diserahkan kepada kita tidak kita lakukan dengan baik, maka kita harus bertanggungjawab kepada Tuhan. Khotbah harus benar-benar kita persiapkan dan kita doakan kiranya Tuhan memberkati firmannya dan memberkati si pendeta.
12. Kepada pimpinan
Jika saudara seorang pemimpin, tidak perlu supaya orang melakukan apa yang kamu katakan tapi usahakanlah suapaya orang melakukan apa yang anda maksudkan/rencanakan. Biarkan orang lain mengutarakan maksud dan pikirannya masing-masing. Siapapun yang mengusulkan atau memberi pendapatnya tidak jadi persoalan, apa yang kita maksud dapat terlaksana.
13. Siapakah yang membantu kita?
Kita sendirilah yang bertanggungjawab atas tugas dan pekerjaan kita. Jika ada yang membantu kita, kita harus bersyukur dan bersukacita. Untuk mengurus dan membantu suku bangsa kita sendiri juga kita lakukan sendiri. Janganlah lepas tangan atau hanya sebagai penonton saja, tapi harus masuk hitungan. Kita semua harus aktif memajukan Simalungun.
14. Hidup dalam soal ekonomi
Janganlah kita membeli yang kurang penting, karena dimana saja ditempat perbelanjaan banyak orang menjajakan dagangannya. Belilah yang paling perlu. Perhatikanlah lebih dahulu rumah, apa yang paling perlu dan sangat mendesak, mana yang dapat ditunda dahulu. Jadi kalau berbelanja janganlah di pasar tapi di rumah.
15. Nasehat/pituah banggal (etika seksual)
Pendeta Wismar ingin menasehati keluarga kristen suam dan isteri dalam hal seksual katanya : kalau hewan tidak perlu diajari dalam hubungan seksual karena mereka mempunyai insting sejak lahir. Binatang tidak perlu diajar bersuami atau beristeri. Tapi manusia tidaklah seperti itu. Sama seperti petani perlu belajar menanam kopi misalnya atau bagaimana menanam karet, tapi belum ada pelajaran yang mengenai hubungan suami isteri dahulu. Pada umumnya yang menikah tidak tidak mengetahui hal ini, asal menikah ya cukuplah. Si Bapa biasanya tidak apakah isterinya hamil, berapa bulan, kapan isterinya melahirkan karena itu sering ada yang lahir di jalanm dibuatlah namanya si Jalan. Pendeta Wismar menulis buku kecil yang disimpan hanya diberikan kepada pasangan yang menikah. Isinya mengenai sedikit hubungan seksual antar suami isteri. Pendeta Wismar selalu menekankan monogami yaitu pernikahan seorang suami dan seorang isteri, karena begitulah ketentuan yang dibuat Allah. Dalam keluarga yang monogamilah yang dapat berjalan kasih pernikahan pertama di dunia ini, seorang suami dengan seorang isteri yaitu Adam dan Hawa. Mungkin saja sejumlah perempuan tidak sama dengan laki-laki, tapi keputusan Tuhan harus tetap berlaku. Sebagai contoh di Simalungun pada tahun 1930 ada sensus (volksvoortelling) dimana terdapat bahwa jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya. Tapi pada tahun 1961 sudah berubah ada 247.286 perempuan dan 245.342 laki-laki, jadi lebih banyak perempuan. Bila monogaminya dipraktekkan pasti banyak perempuan yang tidak menikah. Tapi pertambahan penduduk dapat mengubah perbandingan itu.
17. Mengenai silsilah
Jika kepada seorang Simalungun ditanya: darimana keturunannya, siapa ompungnya, mungkin tidak dia tahu. Dia biasanya hanya mengetahui mengenai ompungnya saja yaitu dari orangtua dari bapa dan ibunya. Sebenanrnya silsialah itu penting untuk kita, tapi orang tua kita dahulu tidak teliti mengajarkannya. Mungkin kita lebih tahu sejarah orang lain daripada sejarah kita atau orangtua kita sendiri, pendeta Wismar juga hanya mengetahui tentang ompungnya saja.
18. Mengenai warisan/peninggalan orangtua
Kalau kita berbicara mengenai adat itu bujkan berarti kita mengikuti semuanya. Kita tidak perlu mengikuti nenek moyang kita dahulu. Dapat disesuaikan dengan kemajuan zaman. Contohnya saja memakai waktu; semakin maju kita, kita diajar memakai waktu. Jadi dapat dipersingkat, didapatkan supaya jangan bertele-tele dan memakan waktu. Jadi disesuaikanlah dengan keadaan dan kebutuhan. Memang kita tidak dikatakan orang sebagai yang tidak beradat tapi perlu diperhatikan mana yang penting.
Bahasa ialah yang menyatakan suatu bangsa, alangkah miskinnya kita aklau dalam lingkungan kita sendiri kita tidak memakai bahas kita. Katanya jangrik bersuara didalam lubangnya apalagi manusia? Apakah kita masih memakai memakai bahasa kita di lingkungan kita sendiri? Atau dikalangan kita sendiri atau ditengah keluarga kita sendiri pun kita tidak lagi memakainya. Pelilharalah bahasa kita supaya jangan hilang.
Dari dahulu orang Simalungun tidak ada yang penipu. Tidak ada catatan mengenai utang-piutang, kalau ada yang meninggal orang yang mempunya hutang-piutang datang ke rumah keluarga almarhum dan semua diselesaikan. Tidak ada yang berbohong semua dapat dipercaya biarpun tidak ada sakit atau surat bukti. Kita tidak memupunyai bakat mencuri. Barang-barang ditinggalkan di ladang atau tergeletak di halaman rumah. Mungkin sekarang sudah banyak orang Simalungun jadi pencuri.
- Orang Simalungun dahulu orang jujur
Janganlah kita hidup sekarang jadi pembohong. Biarlah sifat jujur yang kita warisi dari nenek moyang kita tetap kita pertahankan dan dapat kita sumbangkan kepada generasi penerus dam kepada bangsa Indonesia dam kepada orang Simalungun khususnya.
Semua surat-surat yang kita terima wajiblah kita membalasnya. Kalau surat yang kita terima tidak kita balas, kita termasuk orang yang sombong. Sama halnya bila seseorang berbicara kepada kita, tidak kita jawab.
Nah…semoga tulisan ini dapat menginspirasi dan apabila ada kata atau ketikan yang salah saya mohon maaf.
Sumber : Diambil dari buku “In Memoriam Pdt. J. Wismar Saragih” 7 maret 1968 – 7 maret 2007 ditulis oleh Pdt. Minaria S. Sumbayak, Sth dan Jaiman Sumbayak.